PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA DAN NASIB ISLAM MASA KINI Makalah



PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA DAN NASIB ISLAM MASA KINI
Makalah

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Islam adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh Benua dan Negara yang ada dipermukaan bumi ini. Karena memang didalam ajaran Islam itu sendiri memberikan kebebasan kepada orang yang memeluk agama Islam untuk menyebarkannya kepada umat-umat yang lainnya yang belum kenal Islam, di dalam Islam pun ajaranya mudah dimengerti sesuai rasional dan juga banyak bukti-bukti alam bahwa agama Islam adalah agama yang benar.
Maka orang Islam yang berakhlak baik memudahkan dalam penyebaranya agar penduduk sekitar yang non Islam mau menerima, mengikuti, dan masuk agama Islam.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1.            Bagaimana Perkembangan Islam di Asia Barat?
2.            Bagaimana Perkembangan Islam di Asia Selatan?
3.            Bagaimana Perkembangan Islam di Asia Tengah?
4.            Bagaimana perkembangan islam di Asia Utara?
5.            Bagaimana perkembangan islam di Asia Timur?

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Perkembangan Islam di Asia Barat
Proses islamisasi kawasan Asia Barat dimulai sejak abad ke-7. Proses ini terdiri dari tiga fase Khalifah (khalifahurrasidyn), Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Berangkat dari ketiga fase ini islam dikenal sampai saat ini. Kawasan yang mayoritas terdiri atas bangsa Arab, memainkan peranan penting dalam segala peristiwa yang terkait sejarah dengan Islam. Karena itu, wilayah ini dikatakan sebagai jantung dunia Islam.
Negara-negara yang termasuk wilayah Asia barat adalah Arab Saudi, Kuwait, Yaman, Afganistan, Oman, Qatar, Aden, Irak, Iran, Yordania, Uni Emirat Arab, Bahrain, Libanon, Israel, semua Negara tersebut beragam Islam kecuali (Israel, Libanon Dan. Kekuasaan Asia barat adalah merupakan bagian integral dari kekuasaan Turki Usmani sebelum datang bangsa Eropa, yaitu Inggris dan Prancis. Proses Islamisasi kawasan Asia Barat untuk masa modern sebenarnya dilakukan oleh Muhammad Ibn Suud yang terikat dengan gerakan Wahabinya. Berkat jasanya kawasan Asia Barat dapat diintegrasikan padahal pada awalnya secara politik wilayah ini tercerai berai, merupakan wilayah pinggiran (terpencil) dalam posisinya sebagai poeradaban kuno, masyarakat penggembala, sebagai negeri perkemahan dan oasis (kabilah-kabilah). (1)
Selama Abad pertama pemerintah khalifah, posisi orang Kristen masih cukup baik, orang Kristen dihargai sebagai ahl-Alkitab (yang memiliki kitab suci).  Administrasi Arab masih kurang berkembang, oleh karena itu orang Kristen di butuhkan sebagai pegawai, khususnya di bidang administrasi. Di bidang pendidikan pada awal zaman Arab, gereja-gereja masih memiliki monopoli sekolah tinggi. Tetapi sejak awal zaman Arab ada perbatasan aktivitas Kristen.
Suku-suku Arab harus masuk Islam, oleh karena Agama Islam dianggap sebagai agama seluruh bangsa Arab. Orang Kristen ada kesulitan untuk mendapat izin bagi pembangunan gedung Gereja.  Sering orang Kristen harus memakai pakaian khusus. Orang Kristen harus bayar pajak yang khusus. Biasanya lonceng tidak boleh di bunyikan, Orang Kristen di dorong untuk masuk Islam, tetapi seorang Islam  tidak boleh pindah agama. Sesudah kira- kira 100 tahun, orang Kristen tidak lagi di butuhkan seperti sebelumnya di bidang administrasi dan pendidikan, oleh karena perkembangan Administrasi dan pendidikan Arab. Orang Kristen di bawah khalifat menjadi warga negara kelas ke-2. Biasanya pembangunan gedung Gereja yang baru tidak di izinkan lagi, bahkan gedung Gereja biasanya tidak boleh diperbaiki lagi. Mulailah suatu proses yang melemahkan Gereja, yaitu dengan banyaknya orang Kristen yang pindah agama, dan melalui berimigrasi juga mulailah suatu proses Arabisasi kekeristenan  di Timur Tengah yang berbahasa Yunani dan Suriah. Akibatnya pada abad ke - 13 , dan ke- 14, gereja di Asia nyaris musnah. (2)
2.      Perkembangan Islam di Asia Selatan
Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, di Asia selatan tempatnya di India telah memiliki sejumlah pelabuhan besar sehingga terjadi interaksi antara india dengan muslim di arab. Oleh karena itu perdagangan dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga raja Kadangalur dan Cheraman Perumal masuk islam dan mengganti namanya menjadi tajudin. Pada zaman Umar Bin Al-Khottob, Mughirah berusaha menaklukan Sin (India) tapi usahanya gagal (643-644 M). Pada zaman Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dikirim utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan-jalan menuju Asia Selatan (India). Pada zaman Muawiyah I, Muhammad Ibnu Qasim berhasil menaklukan dan diangkat menjadi Amir Sind dan Punjab. Kepemimpinan di Sin dan Punjab dipegang oleh Muhammad Ibn Qasim setelah ia berhasil memadamkan perampokan-perampokan terhadap umat islam disana. Karena pertikaian internal antara Hajjaj dan sulaeman dinasti ini melemah, dan ketika dalam keadaan melemah, dinasti ini ditaklukan oleh dinasti Gazni.
Pada masa pemerintahan Al-Mamun (Khalifah dinasti Bani Abbas) telah dilakukan penaklukan kewilayah Asia Selatan, dengan diangkatnya sejumlah amir untuk memimpin daerah-daerah. Diantara yang dipercaya untuk menjadi amir adalah Asad Ibn Saman untuk daerah Transixiana. Ia diangkat menjadi amir setelah berhasil membantu khalifah bani Abbas dalam menaklukan dinasti safari yang berpusat di Khurasan. (3)
Selain itu juga Islam datang ke Asia Selatan sebelum invasi Muslim India.. pengaruh Islam pertama kali datang ke Asia Selatan terasa di awal abad ke-7 dengan munculnya pedagang Arab. Para pedagang Arab yang datang ke asia selatan digunakan untuk mengunjungi daerah di Malabar, yang merupakan suatu daerah yang menghubungan antara mereka dengan pelabuhan di Asia Tenggara. Menurut Sejarawan Elliot dan Dowson dalam buku mereka The History of India yang diceritakan oleh sejarawan sendiri, mereka datang dengan menggunakan kapal pertama yang membawa wisatawan Muslim terlihat di pantai India sejak 630 M. HG Rawlinson, dalam bukunya: Abad Pertengahan Kuno dan India ia mengatakan bahwa yang pertama orang Arab Muslim tinggal di pantai India di bagian terakhir dari abad ke-7 Masehi Para pedagang Arab dan pedagang menjadi pembawa agama baru dan mereka menyebarkan itu kemana pun mereka pergi.
Asia selatan mencangkup India, Pakistan dan Bangladesh yang luasnya kira-kira 2.075 mil dari utara keselatan dan 2.120 mil dari timur kebarat. Disebelah utara, wilayah ini berbatasan dengan wilayah Tibet (Cina) dan Afganistan; sedangkan disebelah selatan berbatasan dengan laut samudra Indonesia; disebelah timur berbatasan dengan Burma dan disebelah barat berbatasan dengan Persia (Iran). Perekonomian mereka berdasarkan pada kombinasi antara penanaman hasil padi-padian di ladang yang berpetak yang kebanyakan teririgasi dan dibajak dengan menggunakan sapi jantan serta pembiakan lembu jantan, kerbau, domba, kambing dan keledai. (4)
3.      Perkembangan Islam di Asia Tengah
Asia Tengah dengan Islam sendiri diperkirakan bermula sejak abad kedelapan Masehi. Beberapa sumber menyebutkan, Islam memasuki Asia Tengah melalui Transoxiana atau Mawarannahr (dalam bahasa Arab).
Kota tersebut berhasil ditaklukkan pasukan Muslimin yang dikomandoi Abu Hafs Qutayba bin Abi Salih Muslim pada 673-751 Masehi. Saat itu, ia di bawah perintah Khalifah al-Walid I dari Bani Umayyah. Selain Transoxiana, Kekhalifahan Umayyah juga berhasil menguasai Andalusia (Spanyol).
Selama abad ke-8 Masehi, agama Islam menyebar luas ke penjuru Asia Tengah. Baru pada 751 Masehi, di bawah Kekhalifahan Abbasiyah pasukan Muslim mempunyai kekuasaan yang lebih stabil atas Asia Tengah. Itu sebagai buah kemenangan pasukan Islam di bawah komando Abu al-Abbas as-Saffah, pendiri Kekhalifahan Abbasiyah, atas pasukan Dinasti Tang asal Cina. Kedua kubu bertempur pada Mei hingga September 751 di sekitar Sungai Talas.
Dalam kekuasaan Islam, Asia Tengah mencapai kegemilangannya dalam hal budaya dan ekonomi. Dari segi kultural, bahasa Arab mulai menggantikan bahasa Persia, khususnya setelah Bani Abbasiyah memerintah. Sampai abad ke-9 Masehi, Transoxiana menjadi mercusuar peradaban, yang bersandingan secara prestise dengan Baghdad-Ibu kota kekhalifahan--Kairo, dan Kordoba (Spanyol). Namun, perlahan-lahan pengaruh Arab mulai memudar dan akhirnya bahasa Persia mulai dipakai lagi secara umum di kawasan ini.
Selain Transoxiana, kota lain yang juga terkenal sebagai pusat keilmuan di Asia Tengah adalah Bukhara. Banyak ilmuwan, cendekiawan, dan sastrawan Muslim bermunculan di kawasan ini. Warisan intelektual mereka masih terasa sampai hari ini. Salah satu bukti betapa istimewanya Asia Tengah bagi perkembangan peradaban Islam saat itu adalah disimpannya sebuah salinan asli Alquran pada zaman Khalifah Utsman bin Affan di Tashkent (kini ibu kota Uzbekistan).
Yang tak boleh ketinggalan disebut adalah Samarkand. Sejak abad ke-8 Masehi, kota ini memang telah menjadi titik temu bagi kebudayaan dan keilmuan dunia, khususnya dari Cina, lantaran keberadaan Jalur Sutra. Salah satu warisan yang maha-berharga dari Timur Jauh adalah metode pembuatan kertas. Benda ini disebut-sebut merupakan hasil inovasi Tsai Lun (48-121 Masehi), seorang figur pegawai dari Dinasti Han, Cina.
Berkat kontak budaya dan militer dengan Cina, Dunia Islam mulai kenal produk pemacu kebudayaan manusia itu. Sejak penemuan kertas, sirkulasi keilmuan di Dunia Islam--dan kelak Eropa Kristen--mengalami perkembangan pesat. Kertas menggantikan daun papirus atau kulit hewan ternak yang kurang praktis untuk disimpan dalam perpustakaan. (5)


4.      Perkembangan Islam di Asia Utara
A.    Perekembangan Islam di Rusia
1.      Sejarah Masuknya Islam di Rusia
Islam masuk ke Rusia pada pada tahun 992 Masehi, ketika sekelompok etnis Rusia yang hidup di Siberia, yang disebut Bulgar, memeluknya dan kemudian menyebarkannya ke seluruh Rusia. Islam masuk ke Rusia dibawa para pedagang Muslim Arab dari wilayah Kaukasus dan tiba di Moskow dari utara bukan dari selatan seperti yang diduga beberapa sejarawan, mereka berpendapat bahwa Islam datang ke Moskow dari selatan, sebagai jalan paling mudah untuk gerakan kafilah pedagang. Sebab, suku-suku Cossack Rusia yang telatih untuk berperang, telah berdiri menentang penyebaran Dakwah Islam dan pengaruh Islam yang merayap menuju jantung Rusia.
Hal itu kemudian memaksa para pedagang Muslim dan para dai untuk melintasi Asia Tengah menuju Siberia, dengan bantuan kaum Tatar yang telah masuk Islam dan mendapat petunjuk kepada agama yang haq sejak abad kesembilan Masehi di Kerajaan mereka, Kerajaan Volga Bulgaria Timur, yang sekarang menjadi tanah air mereka. Daerah ini sebagian besar telah memeluk Islam pada abad kesepuluh, dan pada abad 11 dan 12, Islam menyebar di wilayah Ural, yang sekarang bernama Republik Bashkiria (Bashkortostan). Berkat para pedagang Muslim dari Arab, Iran dan Turki Islam kemudian menyebar ke berbagai bagian lain wilayah Rusia. Kaum Muslim saat ini, telah menjadi kekuatan baru di sekitar Rusia, dari Siberia di sebelah utara dan timur laut ke arah selatan.
Islam tiba di Moskow sekitar tahun 1200 Masehi, ketika itu, ibukota kerajaan Muslim ada di kota Kazan. Saat itu, Moskow membayar pajak kepada Kazan. Kazan tetap menjadi ibukota kaum muslimin sampai tahun 1552, ketika Tsar Rusia Ivan The Terrible berhasil menduduki dan menghancurkan Kazan, membakar masjid, memindahkan qubah-qubah indah ke Kremlin Moskow dan Red Square, yang masih ada sampai hari ini. Kemudian ia menduduki kota Astrakhan pada tahun 1556, Siberia Barat tahun 1598, dan pada akhir abad keenam belas tiba di daerah-daerah Muslim di Kabordino dan Chechnya. Sejak saat itu, Rusia memulai peperangan mereka melawan kaum muslimin, mereka melarang kaum muslimin melakukan praktek keagamaan dan memaksa mereka untuk mengikuti kebiasaan dan tradisi Rusia. Semua itu dilakukan dalam rangka me-rusia-kan kaum muslimin, jika tidak dikatakan: mengkristenkan mereka. Mereka memperlakukan kaum muslimin dengan kejam, menimpakan berbagai siksaan, merampas kekayaan mereka dan memperkenalkan undang-undang hukuman untuk memaksa penduduk setempat agar menolak agama Islam. Akan tetapi, mereka tidak berhasil dalam proyek ini.
Mayoritas Muslim tetap mengikuti agama mereka, kekejaman Rusia tidak mampu menghentikan penyebaran Islam. Sebaliknya Islam mencapai kemajuan baru di paruh kedua abad 18, pada masa pemerintahan Ratu Rusia, Catherine II, dengan berubahnya kebijakan Rusia terhadap umat Islam yang hidup dalam perbatasannya. Saat itu, kaum muslimin mencicipi kebebasan. Pada tahun 1764, propaganda toleransi beragama menguat, dan pada tahun 1767 pengusiran penduduk Tatar dari kota mereka, yaitu Kazan, dicabut pemerintah. Pemerintahan menuju tahap baru pada tahun 1773 dengan memberikan Tatar Volga kebebasan beragama, hak untuk membangun masjid dan sekolah Al-Quran. Pedagang Volga kemudian menjadi mediator yang sangat baik antara Tsar Rusia dan Asia Tengah. Mereka juga bertindak sebagai dai dan muballigh, membangun masjid, sekolah dan membawa Islam kepada orang-orang yang masih semi-politheis di Bashkiria dan Siberia Barat.
Kebijakan Tsar Rusia ini bukan didasari karena kecintaan terhadap umat Islam, tetapi kebijakan yang didorong kepentingan Rusia untuk memperluas pengaruh dan kontrol atas daerah tetangga, karena ia menyadari kemungkinan untuk memanfaatkan masyarakat Muslim yang berada di Rusia, sehingga kehadiran Rusia di Asia Tengah dapat diterima bahkan diinginkan di wilayah itu. Hal itulah yang mendorong para penguasa Rusia untuk memperhatikan kekuatan politik umat Islam yang tinggal di Tsar Rusia pada saat itu.
Shireen T. Hunter dan pengamat Islam Rusia lainnya  menyatakan bahwa abad 21 adalah era kebangkitan agama Islam yang setelah sekian lama mengalami penindasan dalam berbagai bidang kehidupan.[1]
2.      Perkembangan Islam Di Rusia
Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks, yakni sekitar 21- 28 juta penduduk atau 15 - 20 persen dari sekitar 142 juta penduduk.Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.
Menurut United States Department of State, terdapat sekitar 21-28 juta jumlah penduduk Muslim di Rusia, sekurang-kurangnya 15-20 persen jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama minoritas yang terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara warga negara minoritas yang tinggal diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Adyghe, Balkar, Nogai, Orang Chechnya, Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak bilangan warga negara Dagestan.
 Abdullahi Ahmed An-Naim dalam bukunya Islam dan Negara Sekuler mengatakan bahwa ketika federasi Rusia terbentuk setelah jatuhnya Uni Soviet, hubungan antara negara dan agama ditata ulang, baik melalui undang-undang dasar maupun undang-undang. Pasal 14 Undang-Undang Dasar Federasi menyatakan bahwa Rusia sebagai negara sekuler sehingga tidak akan ada negara yang dibangun berdasarkan satu agama tertentu. Undang Undang Dasar juga menyebutkan bahwa semua asosiasi keagamaan memiliki posisi setara di depan hukum. Abdullahi Ahmed An-Naim juga menuliskan bahwa setelah kebijakan Perestroika-nya Gorbachev, hubungan antara negara dan sekte-sekte keagamaan dinormalisasikan kembali oleh undang-undang (law) tahun 1990 tentang kebebasan beragama. Pada dekade inilah, jumlah organisasi agama yang terdaftar naik hingga 20.000 organisasi. Hanya setengah di antara organisasi-organisasi tersebut yang merupakan organisasi Kristen Ortodoks Rusia, yang berarti bahwa jumlah agama minoritas telah berkembang selama masa itu.[2]
Faktor utama dari meningkatnya populasi muslim di Rusia selain runtuhnya Soviet adalah kelahiran. Konon, diantara komunitas agama lain di Rusia, pemeluk Islam dalam merencanakan keluarga tidak memikirkan betapa sulitnya biaya hidup di Rusia. Bagi komunitas muslim, melahirkan generasi baru yang islami merupakan misi yang jauh lebih berharga ketimbang memikirkan kesulitan hidup di Rusia.Semenjak Muslim di sana berada di bawah pemerintahan yang komunis dan mengalami masa-masa pengekangan, seperti dilarangnya membawa mushaf Al Qur'an, masjid-masjid di tutup, hingga akhirnya sekarang, Muslim Rusia telah mendapatkan hak-hak mereka dengan baik. Dan Islam pun kini menjadi agama kedua di negeri itu.
Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti ajaran Islam Sunni. Dalam beberapa kawasan, terutama di Dagestan dan Chechnya, ada tradisi Sufisme, yang diwakili oleh tarekat Naqsyabandi dan Shazili dipimpin oleh Shaykh Said Afandi al-Chirkawiad-Daghestani. Amalan sufi memberikan orang Kaukasus semangat kuat untuk menolak tekanan orang asing, dan telah menjadi legenda di antara pasukan Rusia yang melawan orang Kaukasus pada zaman Tsar. Orang Azeri juga pada sejarah dan masih lagi pengikut Islam Syiah, disaat republik mereka terpisah dari Uni Soviet, banyak orang Azeri yang datang ke Rusia untuk mencari pekerjaan. Qur'an pertama yang dicetak diterbitkan di Kazan, Rusia pada 1801.
5.      Perkembangan Islam di Asia Timur
A.    Perkembangan islam di tiongkok
Agama Islam masuk ke Cina pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Mubaligh pertama yang diutus ke negeri itu ialah Saad bin Abi Waqash. Setelah itu banyak saudagar arab yang masuk Cina sambil berdakwah. Masyarakat Cina umumnya menerima kedatangan agama Islam, dan banyak diantara mereka yang tertarik menjadi muslim. Keagungan ajaran Islam yang dipraktekan dan diajarkan oleh para mubaligh, membuat masyarakat Cina kagum dan menyebutnya dengan Hui-hui Chew atau Tsing Ching Chew yang artinya agama yang suci.
Tempat yang pertama kali menerima dakwah Islam ialah Kanton, salah satu kota besar di Cina. Saad bin Abi Waqash pertama kali berdakwah di kota itu, dan ia cukup lama tinggal di kota tersebut sampai meninggal dunia. Kuburanya masih terawat baik sampai sekarang, karena masyarakat muslim Cina sangat menghormatinya.
Selain melalui jalur dakwah, agama Islam dapat berkembang melalui jalur perkawinan. Banyak para mubaligh muslim yang kemudian menikahi gadis setempat dan beranak pinak. Sehingga anak keturunan mereka itulah yang kemudian meneruskan dakwah Islam di negeri tirai bambu itu.[3]
Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu meliputi lebih dari 4000 tahun, sehingga termasuk Negara berkeadaban tertua, disamping India, Mesir, dan Mesopotamia. Dalam jangka waktu 4000 tahun lebih cina mempunyai 24 dinasti dan 2 republik, yaitu Republik Nasionalis Cina dan Republik Rakyat Cina.[4]
Tai Tsung naik takhta pada tahun 626, empat tahun setelah Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekah menuju Madinah. Kira-kira pada waktu yang sama,suku-suku nomad Turki di Asia Tengah berkumpul diluar tembok besar Cina untuk serbuan missal. Namun, Tai Tsung dapat mengusir mereka,. Maka mulai muncullah migrasi menuju ke barat. Mereka adalah suku yang anak cucunya merupakan masyarakat muslim Hui yang berbahasa Cina dari daerah selatan dan tengah.[5]
Pada waktu Tai Tsung mempertahankan dan mempersatukan Cina, Nabi Muhammad SAW, baru meletakkan dasar-dasar Negara islam. Pada tahun 705 M. Dinasti Umayah dijatuhkan oleh Dinasti Bani Abbas. Satu tahun kemudian, tentara muslim berhadapan dengan tentara Cina untuk pertama kalinya di Talas. Dengan bantuan orang-orang Turki, umat Islam dapat mengalahkan tentara cina. Semenjak itulah penduduknya sebagian besat memeluk agama Islam.[6]
Hasil dari pertempuran talas lainnya adalah tertangkapnya beberapa orang Cina yang ahli dalam membuat kertas. Karya mereka selanjutnya diperkenalkan ke Dunia Islam. Dengan inilah mendorong berkembangnya kebudayaan Bagdad sejajar dengan kebudayaan Chang-an(Cina).
Selama abad ke-19, terdapat pemberontakan-pembrontakan besar di negeri  Cina, dan pemberontakan-pemberontakan di Yunnan (1855-1873) oleh penduduk muslim yag akhirnya ditumpas dengan kekejaman yang luar biasa. Setelah revolusi kebudayaan(1966), umat Islam yang merupakan minoritas sama sekali tidak menampakkan diri. Pada awal revolusi mesjid-mesjid dirusak, dihancurkan atau ditutup.[7]

B.     Perkembangan Islam di Jepang
Sebelum perang dunia ke-2, jepang termasuk Negara ekslusif yang menutup diri, sehingga agama Islam baru masuk ke Negara itu setelah pecahnya perang dunia ke-2 tersebut.  Pada waktu itu Jepang berperang melawan Rusia. Banyak penduduk Rusia yang mengungsi ke Jepang salah satunya seorang ilmuwan yang bernama Abdul Rasyid Ibrahim, ia merupakan teman karibnya Jenderal Akashi, panglima masyarakat negeri itu dan berhasil mengislamkan Konaru dan Yama Oka. Mereka berdua sempat melaksanakan ibadah haji.
Sejarah perkembangan Islam di Jepang menunjukkan bahwa terdapat gelombang orang-orang yang memeluk Islam. Faktanya, kampanye-kampanye religius yang sudah banyak dilakukan tidak terlalu banyak menuai sukses dalam menyebarkan agama baru ini. Data statistic mengindikasikan bahwa 80 % dari total populasi percaya pada Buddhism atau Shintoism dimana 0,7 % adalah penganut Nasrani. Hasil terakhir yang diperoleh berdasarkan polling yang dilakukan oleh majalah bulanan Jepang menyatakan bahwa terdapat sebuah gelombang protes yang penting seputar keberadaan agama. Hanya satu dari empat orang Jepang percaya akan dogma-dogma agama. Kurangnya kepercayaan terhadap dogma-dogma agama umumnya terjadi pada kaum muda Jepang umur 20 tahun dengan angka mencapai 85 %. Para pelaku dakwah yang direpresentasikan oleh komunitas Muslim di Jepang dengan estimasi jumlah mereka sebanyak 100 ribu orang sendiri dirasa amat kecil jika dibandingkan dengan total populasi penduduk Jepang yang mencapai lebih dari 20 juta orang. Para pelajar dan mahasiswa bersama dengan para pekerja yang berada dalam situasi genting melakukan perluasan segmen komunitas mereka. Mereka terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka dan Tokyo namun jarang yang terorganisir secara rapi dalam unit-unit yang mapan untuk melakukan program-program dakwah yang efektif. Faktanya, asosiasi para pelajar Muslim serta masyarakat local mengorganisir camp-camp secara periodic serta melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman bagaimana mengajarkan Islam secara benar dan tepat serta untuk memperkuat hubungan persaudaraan diantara sesama Muslim.
Tidak ada kelanjutan dari upaya-upaya untuk bertahan dengan situasi yang menuntut penyesuaian-penyesuaian bagaimana di satu sisi harus menjalani gaya hidup yang modern dan di sisi lain harus menyeru orang pada perbaikan jiwa agar tercipta keseimbangan hidup. Kesulitan-kesulitan yang kemudian dihadapi oleh orang-orang Muslim adalah dalam hal pengadaan fasilitas komunikasi, perumahan, pendidikan anak, atau makanan halal serta buku-buku Islam yang pada saat itu, tahun 1980-an masih sangat sulit. Dan hal ini merupakan faktor-faktor tambahan yang menjadi penghalang bagi jalannya dakwah di Jepang. Kewajiban untuk berdakwah seringkali dirasakan sebagai kewajiban seorang Muslim untuk mengajarkan Islam kepada non-Muslim. Dan banyak Muslim yang merasa bahwa kegiatan mereformasi (islaah) serta memperbaharui (tajdid) itu amat diperlukan, sehingga otomatis hal tersebut juga mempengaruhi bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan oleh komunitas-komunitas Muslim yang eksis di Jepang.
Sebuah kondisi yang menuju perbaikan serta kemajuan dalam hal pengetahuan Islam serta kehidupan (living condition) demi keberhasilan dakwah amat diperlukan di Jepang. Satu hal yang harus dipahami adalah bahwa jika tindakan pengabaian serta ketidakpedulian oleh warga negara Jepang yang Muslim terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan jamaah dirubah, maka resiko yang harus ditanggung komunitas akan bisa diatasi dan dicairkan melalui distorsi keyakinan Islam yang amat hebat, yang terus tumbuh. Kemungkinan tersebut pada kenyataannya bersentuhan dengan keterbukaan permanent orang-orang muslim terhadap pengaruh adat-istiadat Jepang dan ritual-ritual tradisional seperti menundukkan kepala amat dalam serta berpartisipasi secara kolektif dalam acara-acara yang bersifat religiuis dan berkunjung ke kuil. Mungkin permasalahan yang muncul adalah ketika keterlibatan pada anak Muslim dalam perayaan-perayaan semacam itu akan menjadikan mereka target empuk transmisi dan penanaman budaya non-Islam dan kebiasaan soaial. Komunitas Islam di Jepang amat membutuhkan kehadiran lembaga-lembaga Islam di seluruh Jepang.
Terdapat upaya-upaya permanent untuk membangun atau merubah unit-unit pemukiman menjadi masjid-masjid di banyak kota dan dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa, juga ingin membangun perusahaan-perusahaan yang diharapkan akan menghasilkan buah-buahan. Terdapatnya miskonsepsi dalam pengajaran Islam diperkenalkan oleh media Barat harus diluruskan dengan sebuah pendekatan yang lebih efisien yang diambil dengan penuh pertimbangan terhadap adanya keistimewaan masyarakat jepang yang merupakan salah satu masyarakat yang paling terpelajar di dunia. Karena adanya distribusi yang tidak merata, maka terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jepang tidak tersedia di ruang publik. Literatur Islam benar-benar sulit ditemui di toko buku atau perpustakaan umum kecuali beberapa essay yang ditulis dalam bahasa Inggris serta buku-buku yang dijual dengan harga yang relative mahal. Akibatnya, tidak heran jika kita hanya menemukan bahwa pengetahuan orang-orang Jepang mengenai Islam hanya terbatas seputar poligami, Sunni dan Syiah, Ramadhan, Mekah,. Allah adalah Tuhan-nya orang Islam, dan Islam adalah agamanya Muhammad. Akankah Islam bergaung lebih keras di Jepang? Dengan terdapatnya bukti-bukti yang signifikan mengenai terdapatnya tanggung jawab untuk berdakwah serta penilaian yang rasional terhadap adanya keterbatasan dan kapabilitasnya, komunitas Muslim menunjukkan komitmen yang lebih kuat untuk melaksanakan kewajiban dakwahnya dengan cara-cara yang lebih terorganisir. Di masa yang akan datang diharapkan masa depan Islam dan para pemeluknya akan lebih baik daripada sebelumnya, tentunya dengan mengharapkan pertolongan Allah.
Perkembangan berikutnya, islam semakin mendapat tempat dimasyarakat jepang. Banyak prajurit Jepang yang pulang dari dunia ke-2 dengan oleh-oleh masuk Islam. Maka agama Islam pun semakin berkembang dengan pesat, apalagi setelah Haji Umar Meta mendirikan oganisasi umat Islam pada tahun 1980 M, dan Dr. Syauki Futaki mendirikan Rumah Sakit Islam terbesar di Jepang. Sampai hari ini, agama Islam di Jepang berkembang dan semoga tetap jaya.[8]
C.     Perkembangan Islam di Korea
Agama islam masuk ke Korea pada tahun 1955M. yang dibawa oleh Abdurrahman dan Zubair Khoci. Keduanya adalah imam rohani tentara Turki yang dikirim ke Korea dalam misi perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. Orang Korea yang pertama kali masuk Islam adalah Umar Kim Jin Kyu, Haji Mohamad Yon, Haji Sabir Suh. Pada tahun 1959 mereka melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Setelah bertemu jutaan umat Islam , dari berbagai Negara mereka segera melakukan dakwah di negaranya.
Berkat perjuangan mereka, agama Islam dapat berkembang dengan pesat di Korea. Pada tahun 1963 di Seoul, Ibu kota Korea Selatan didirikan sebuah masjid megah, dan lengkap dengan fasilitas dakwahnya, baik untuk pendidikan al-Quran, pertemuan akbar dan sebagainya. Masjid itu dipimpin oleh Haji Sabir Suh.
Tahun 1980 juga didirikan sebuah Universitas Islam di Kota Yang In. Universitas itu memiliki 15 fakultas, yang lima diantaranya adalah fakultas Syariah, Bahasa Arab, Ilmu Perbandingan Agama, Sejarah Islam, dan Penddidikan Agama Islam. Umat Islam di Korea pada saat ini sekitar 21 ribu orang.[9]

BAB III
PENUTUP

  1. SIMPULAN
Proses islamisasi kawasan Asia Barat dimulai sejak abad ke-7. Proses ini terdiri dari tiga fase Khalifah (khalifahurrasidyn), Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Berangkat dari ketiga fase ini islam dikenal sampai saat ini. Kawasan yang mayoritas terdiri atas bangsa Arab, memainkan peranan penting dalam segala peristiwa yang terkait sejarah dengan Islam. Karena itu, wilayah ini dikatakan sebagai “jantung dunia Islam”.
Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, di Asia selatan tempatnya di India telah memiliki sejumlah pelabuhan besar sehingga terjadi interaksi antara india dengan muslim di arab. Oleh karena itu perdagangan dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga raja Kadangalur dan Cheraman Perumal masuk islam dan mengganti namanya menjadi tajudin. Pada zaman Umar Bin Al-Khottob, Mughirah berusaha menaklukan Sin (India) tapi usahanya gagal (643-644 M).
Dalam kekuasaan Islam, Asia Tengah mencapai kegemilangannya dalam hal budaya dan ekonomi. Dari segi kultural, bahasa Arab mulai menggantikan bahasa Persia, khususnya setelah Bani Abbasiyah memerintah. Sampai abad ke-9 Masehi, Transoxiana menjadi mercusuar peradaban, yang bersandingan secara prestise dengan Baghdad-Ibu kota kekhalifahan--Kairo, dan Kordoba (Spanyol). Namun, perlahan-lahan pengaruh Arab mulai memudar dan akhirnya bahasa Persia mulai dipakai lagi secara umum di kawasan ini.


Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks, yakni sekitar 21- 28 juta penduduk atau 15 - 20 persen dari sekitar 142 juta penduduk.Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.
Agama Islam masuk ke Cina pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Mubaligh pertama yang diutus ke negeri itu ialah Saad bin Abi Waqash. Setelah itu banyak saudagar arab yang masuk Cina sambil berdakwah. Masyarakat Cina umumnya menerima kedatangan agama Islam, dan banyak diantara mereka yang tertarik menjadi muslim. Keagungan ajaran Islam yang dipraktekan dan diajarkan oleh para mubaligh, membuat masyarakat Cina kagum dan menyebutnya dengan Hui-hui Chew atau Tsing Ching Chew yang artinya agama yang suci.
Islam semakin mendapat tempat dimasyarakat jepang. Banyak prajurit Jepang yang pulang dari dunia ke-2 dengan oleh-oleh masuk Islam. Maka agama Islam pun semakin berkembang dengan pesat, apalagi setelah Haji Umar Meta mendirikan oganisasi umat Islam pada tahun 1980 M, dan Dr. Syauki Futaki mendirikan Rumah Sakit Islam terbesar di Jepang. Sampai hari ini, agama Islam di Jepang berkembang dan semoga tetap jaya.
Agama islam masuk ke Korea pada tahun 1955M. yang dibawa oleh Abdurrahman dan Zubair Khoci. Keduanya adalah imam rohani tentara Turki yang dikirim ke Korea dalam misi perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. Orang Korea yang pertama kali masuk Islam adalah Umar Kim Jin Kyu, Haji Mohamad Yon, Haji Sabir Suh. Pada tahun 1959 mereka melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Setelah bertemu jutaan umat Islam , dari berbagai Negara mereka segera melakukan dakwah di negaranya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi Ahmad An-Naim. Islam Dan Negara Sekuler. Bandung: Mizan, 2007.
A. Mukti Ali, Memahami beberapa Aspek Ajaran Islam,Bandung: Mizan,1996.
A. Waid Sy. Mamahami Pendidikan agama Islam, Bandung: CV ARMICO,2007.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2008.
Drs. Atang Abd., Hakim, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009.
M. Abdul Karim, Islam di Asia Tengah, bagaskara, Yogyakarta, 2006.
M Ali Kettani, Minoritas Islam di Dunia Dewasa Ini, Jakarta : Raja Grafindo, 2005.
Siti maryam Dkk, sejarah peradaban islam; dari klasik hingga Modern , Yogyakarta: lesfi 2009.
WD.Sukisman,Sejarah Cina Konterporer(I), Jakarta:  Pradnya Paramita,1992.

Footnote :

1. Dedi supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2008, hlm 171-172
2. Ibid., hlm. 173
3. Siti maryam Dkk, sejarah peradaban islam; dari klasik hingga Modern (yogyakarta: lesfi 2009), hlm. 165
4. Ibid., hlm. 166
5. M. Abdul Karim, Islam di Asia Tengah, bagaskara, Yogyakarta, 2006. Hlm 15-17


[1] M Ali Kettani, Minoritas Islam di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta : Raja Grafindo, 2005), Hlm. 79
[2] Abdullahi Ahmad An-Naim, Islam Dan Negara Sekuler, (Bandung: Mizan, 2007), Hlm. 70
[3] A. Waid Sy. Mamahami Pendidikan agama Islam, (Bandung: CV ARMICO,2007), hlm. 138
[4] WD.Sukisman,Sejarah Cina Konterporer(I), (Jakarta:  Pradnya Paramita,1992), hlm. 172

[5] A. Mukti Ali, Memahami beberapa Aspek Ajaran Islam,(Bandung: Mizan,1996), hlm.210.
[6] Drs. Atang Abd., Hakim, M.A, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), hlm. 173.
[7] A. Mukti Ali, Op.Cit., hlm. 206
[8] A. Waid Sy., Op.Cit., hlm 138
[9] A. Waid Sy., Log.Cit.,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH “AL-HAKIM, MAHKUM FIIH, DAN MAHKUM ‘ALAIH”

MAKALAH PEGADAIAN DAN SEWA GUNA USAHA (LEASING)